Senin, 12 April 2010

Sindrom ini

asslmkm, hmmm..lama banget lagi-lagi ga nulis di blog.
Entah kenapa, rasa ingin nulis itu ada, tapi realisasi untuk benar-benar menulisnya itu yang terkadang atau sering susah. Susah karena masalah dalam diri, masalah internal sendiri, bukan karena orang lain.

Tapi harus, aku punya sebuah pemikiran bahwa sebenarnya/seharusnya, menulis itu adalah sebuah keharusan. Apapun itu. Karena segala sesuatu dapat di abadikan dengan sebuah tulisan. Ketika suatu saat kita menulis, sebuah keseharian misalnya, atau yang lebih sering disebut diary, jangan dikira itu adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak.

Justru menurutku menulis diary akan mengabadikan setiap moment kita. Suatu hari kita membuka diary itu dan membacanya, ada semacam rasa yang membuat kita menyunggingkan sebuah senyum, atau bahkan membuat kita menangis tersedu-sedu, atau bahkan tertawa. Semua karena kita membaca apa yang telah kita tuliskan, dan kita kembali teringat akan masa-masa itu. Dan itu menyenangkan.

duh, kok malah sampe situ ngomongnya. Ya itu nek mau nulis ga taua apa yang mau ditulis. Jadi semua ga teratur. Tapi ya sudahlah...cuma pengen update blog aja dengan tulisan-tulisan.
Semoga ke depannya bisa menulis yang lebih manfaat, hehe..

Jumat, 19 Februari 2010

KETIKA UBI MENJADI OLAHAN BERGENGSI

Si ubi yang biasa ternyata luar biasa

Akhir-akhir ini banyak dari teman-teman kita yang suka mengkonsumsi hidangan cepat saji atau fast food. Yang kandungan gizinya sedikit, mahal harganya, enak rasanya dan lebih parah lagi biar dijuluki orang kelas atas. Tau gak teman-teman, makanan tersebut antara lain pizza, fried cicken, burger, hotdog, dan lain-lainnya. Makanan seperti itu hanya enak di mulut tak enak di tubuh. Karena banyak mengandung lemak yang tinggi, yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Makanan-makanan itu saat ini makin banyak beredar di Indonesia. Padahal hidangan-hidangan tadi berasal dari negara barat, namun diantara kita banyak yang menjadikan makanan tersebut sebagai menu sehari-hari.

Kurangnya kreatifitas dan keinginan manusia yang serba instant dalam mengolah bahan makanan, menjadikan kita malas untuk mengkonsumsi makanan Indonesia. Salah satu bahan makanan tersebut yaitu, ubi. Mendengar kata ubi aja yang terbayangkan adalah makanan biasa-biasa aja, ngaku gak doyan tapi kalau udah di depan mata langsung santap abis. Banyak orang bilang ubi itu makanan murahan, kelas pinggiran, sampai malu memakannya, karena takut dibilang kampungan.

Ubi biasanya hanya diolah seperti itu-itu aja. Ada yang digoreng namanya limpung, ada yang direbus namanya ubi rebus, dan ada yang di kukus lalu ditumbuk lalu digoreng namanya timus. Ubi yag harganya terbilang murah dan mudah didapat ternyata menyimpan banyak keistimewaan. Ubi tak hanya diolah biasa tapi bisa disulap menjadi hidangan bergengsi, bercitarasa tinggi dan harganya menjadi tinggi bila dijadikan usaha.

Dengan sedikit sentuhan keuletan, ubi bisa diolah ke berbagai jenis kudapan mulai dari nasi ubi hingga es krim ubi. Ubi dapat diolah menjadi tepung atau pasta, sebagai bahan dasar kudapan. Tepung ubi dibuat dengan cara ubi dikupas, dicuci dengan air, dipotong-potong, dijemur atau di oven sampai kering. Setelah itu digiling hingga menjadi tepung. Tepung ubi dapat diolah menjadi cake atau bubur ubi.

Sedangkan pasta ubi di buat dengan cara, ubi dikukus kemudian dilumatkan sampai halus. Pasta ubi dapat disimpan di dlm frezer hingga menjadi beku. Pasta ubi dapat diolah menjadi es krim ubi, nasi ubi, pia, jus, sirup, pudding, dan juga cake.

Menu yang dapat kita coba antara lain,es krim ubi. Dengan rasa dan tampilan tak jauh berbeda dari es krim biasanya. Teksturnya lembut tanpa aroma ubi yang terlalu dominan. Selain es krim ada juga nasi ubi yang tak kalah lezatnya. Bahan yang digunakan untuk nasi ubi yaitu beras, pasta ubi, air, lalu ditambahkan minyak kelapa, serai, salam, dan garam. Setiap 50 gr beras ditambah 50 gr pasta ubi ditambah air 300cc dan bumbu lain secukupnya. Lalu dimasak dalam rice cooker sampai matang.

Selain keistimewaan didalam olahan, gizi yang terkandung didalam ubi sangat bermanfaat bagi tubuh. Ubi mengandung prebiotik yang berfungsi menjaga kesehatan pencernaan. Ubi juga mampu memberikan perlawanan terhadap penyakit kanker karena mengandung zat aktif peredam kanker. Terdapat pula betakaroten yang diketahui aktif memperbaiki sel-sel yang telah rusak. Menjaga kesehatan mata, mencegah penyakit jantung, hingga stroke. Kandungan seratnya cukup tinggi. Ubi juga mengandung oligosakarida yang dapat mengoksidasi zat tak tercerna dalam usus menjadi gas yang dapat dibuang oleh tubuh.

Nah, sekarang, apakah kita masih menyepelekan hasil pangan Indonesia? Merasa malu mengkonsumsinya? yang ternyata kandungannya sangat istimewa. Orang-orang Indonesia juga belum membudidayakan ubi secara maksimal, padahal lahan pertanian luas. Belum juga diolah menjadi olahan unggulan, belum juga dihargai sebagai makanan bergengsi. Tak perlu ragu lagi saat ini tinggal memilih mau di sulap menjadi hidangan apa si ubi tadi. Dijadikann bisnis makanan pastilah menyenangkan ,mengubah si ubi yang biasa menjadi luar biasa. Inilah salah satu kekayaan Indonesia, masihkah kita malu mengakuinya? Oh, come on… yang benar saja…

Indonesia oh Indonesia

Sudah berapa lama kita hidup di tanah Indonesia?

Sudahkah kita mengenal Indonesia?

Sudahkah kita berbuat untuk Indonesia?

Indonesia, merdeka tahun 1945. Sudah hampir 65 tahun. Jika usia kita 20 tahun, seharusnya kita telah mengenal Indonesia.

Indonesia. Terbentang di sela – sela benua Asia dan Australia, terbentuk dari belasan ribu pulau yang tersebar di lautan, antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sungguh sebuah prestasi, ketika tak satu pun dari bagian itu hilang atau lepas. Inilah Indonesia. Meskipun menyebar, namun tetap memiliki satu jiwa.

Indonesia, yang pernah dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Masihkah kini berwarna hijau? Jawabannya adalah: masih. Masih banyak hutan di Indonesia yang menunggu untuk terus dirawat dan dilestarikan. Marilah menjadi agen penyelamat bumi. Diawali dari bumi pertiwi kita sendiri.

Indonesia, yang sebagian wilayahnya berupa lautan. Sumber daya alam yang tersimpan di dalamnya sedang menunggu untuk dipoles menjadi mutiara mahkota bagi Indonesia. Mereka telah siap untuk diangkat, untuk meningkatkan derajat bangsa Indonesia.

Indonesia, yang memiliki kuantitas penduduk sangat tinggi. Mereka menunggu untuk “dicambuk”, untuk berkarya, untuk melejitkan potensi bangsa, yang sedang terperangkap dalam sangkarnya.

Indonesia, yang memiliki berbagai jenis budaya. Sungguh suatu kebanggaan bisa memperkenalkan cantiknya pesona Indonesia ke dunia luar. Biarkan mereka mengenal, menjelajah, dan menikmati keindahannya.

Indonesia, yang memiliki adab tersendiri dalam bergaul. Indonesia yang memiliki karakter tersendiri. Bangsa lain akan mengenal Indonesia, lebih dekat, ketika bangsa Indonesia memegang teguh prinsip yang dipegangnya. Tetaplah menjadi Indonesia yang beradab dan beretika.

Indonesia, yang terbuka. Semua dipersilakan menikmati jamuannya. Semua dipersilakan membawa dagangannya. Namun, pahamilah, Indonesia tetaplah Indonesia.

Bangga jadi orang Indonesia? Buat Indonesia bangga dong….

(Let’s be produktif! Mengubah kondisi murung menjadi untung)

Malu (aku) jadi orang Indonesia.

Hari gini masih terkungkung pikiran itu? Sudah basi kawan…. Saat ini waktu telah berubah. Semua orang berlomba – lomba untuk menciptakan sesuatu yang baru, untuk jadi pencetus sesuatu. Sekarang ini zamannya inovasi. Mengutip kalimat seorang sahabat; bergeraklah, karena diam itu mematikan. Kalau kita diam saja dan hanya menyesali nasib telah dilahirkan di Indonesia, mati aja lo! Beginilah Indonesia, apa adanya, kita harus menerima. Jika kondisi ini membuat kita murung, cemberut, bahkan malu, kitalah yang harus mengubahnya. Kita tak mungkin lari ke luar negeri, karena di mana pun, rasa tidak puas itu akan selalu mengejar. Jadi, hadapi dengan terus berjuang dan berusaha!

Apa sih yang membuat kita murung?

Koruptor. Satu kata ini menjadi momok bagi bangsa Indonesia saat ini. Kasus paling hot yang hingga kini tak kunjung reda, meski telah ada lembaga KPK. Gimana mengatasinya, ya? Hematku, masalah ini memang harus diselesaikan mereka yang di atas sana. Tapi kita sebagai pribadi penghuni Indonesia juga tak bisa diam. Kita harus membiasakan diri dan lingkungan sekitar kita bebas korupsi. Mulai dari yang kecil dan sejak dini.

Misalnya, tekankan kejujuran pada anak-anak. Ajari mereka tentang sikap curang dan bahayanya. Pastikan siswa-siswa jujur dalam setiap ulangan dan ujian. Yang terpenting adalah penerapan pengajaran moral kepada anak-anak hingga tumbuh dewasa. Jadi, yang berperan bukan hanya orang tua melainkan juga orang-orang sekitar. Mulailah dari diri kita dan lingkungan kita. Ajarkanlah kejujuran dan kebaikan. Kita bangun peradaban. Demi Indonesia lebih baik di masa depan.

Apalagi yang membuat kita murung ketika mengingat Indonesia?

Sumber daya manusia alias tenaga di Indonesia tumpah ruah. Namun tak tahu harus diapakan. Tidak mengerti bagaimana cara memberdayakan. Kenyataannya, hanya helaan nafas melihat jumlah pengangguran yang semakin subur. Inilah saat berinovasi. Kita bisa menciptakan usaha yang bisa merekrut mereka. Misalnya, bimbel privat.

Bukan bualan, semua orang butuh pendidikan. Semakin besar bimbel yang kita buat, makin banyak siswa, makin banyak pula kita membutuhkan tentor. Setidaknya memberikan pekerjaan bagi mereka yang ingin mengajar. Ide lain yaitu membuat usaha merchandise. Kita bisa mempekerjakan banyak orang untuk membuat banyak barang sekaligus menjualnya. Semakin giat menjual, makin luas pasar, makin banyak order, makin banyak juga tenaga yang bisa difasilitasi untuk bekerja. Kreativitas lain bisa dengan membuka usaha catering atau makanan ringan. Inovasi selanjutnya adalah mengembangkan, tidak hanya berada di satu tempat. Karena kita akan membangun peradaban.

Sumberdaya manusia teruji, yang cerdas dan pandai, lebih tertarik untuk bekerja di luar negeri. Memang, kecemerlangan otak masih kurang dihargai di Indonesia. Di sini diperlukan keikhlasan. Bagi kita yang merasa bisa, belajarlah sejauh mungkin, hingga kita temukan “ujung dunia”, lalu kembalilah. Bangunlah bumi pertiwi ini dengan ilmu yang kita miliki. Jika bukan kita, siapa lagi?

Mungkin tawaran materi yang diberikan pihak asing lebih tinggi, tapi nikmatilah yang sedikit, dan buatlah menjadi menggiurkan untuk generasi penerus kita nanti. Sekarang memang sedikit, tapi dengan usahamu, jadikanlah bukit yang rindu untuk ditapaki. Kala kita merasa tak mampu, ingatlah, jika kita tak mau belajar untuk memajukan Indonesia, selamanya Indonesia akan seperti ini. Tak hanya membuat kita murung, tapi juga menangis.

Untuk membuat senyuman di Indonesia ini, kita memang harus banyak berkorban. Belajarlah, bekerjalah, berkaryalah, demi Indonesia tercinta. Manfaatkan segala macam potensi diri kita untuk mengembangkan segala jenis potensi yang dimiliki oleh Indonesia.

Jika kita (ingin) tahu, ratusan jenis tanaman tertancap di tanah subur Indonesia. Ratusan kebudayaan memungkinkan ratusan inovasi karya di seluruh pelosok Indonesia. Ribuan jenis ikan sedang berenang di lautan Indonesia. Ratusan juta orang akan melihat hasil peluhmu. Dan entah apa saja yang menanti kita di dalam perut bumi sana. Indonesia menunggu kita, generasi muda yang pantang bermuka masam dan tidak hanya diam tak bergerak menapaki zaman. Buatlah Indonesia bangga. Dan kita akan selalu tersenyum mengenangnya.

Selasa, 09 Februari 2010

Diorama Sepasang Albanna

Selasa, 9 Februari 2010 14.00

Cover lama(bukupertama yang aku baca)

Dari judul tulisan ini, mungkin beberapa ada yang sudah tau, tapi mungkin ada juga yang belum.
Ya, Diorama Sepasang Albanna.
Sebuah novel. Tapi tidak hanya sebuah novel bagiku.
Didalamnya tersirat pelajaran-pelajaran dan hikmah yang banyak diambil. Justru aku tau beberapa hal setelah membaca novel tersebut.

Kisah perjalanan seorang akhwat dari desa yang "diusir" ibunya -setelah lulus kuliah- supaya ke kota untuk memperoleh pekerjaan. Juga kisah seorang pemuda yang dulunya bisa disebut sebagai "ikhwan" -sepertinya kata ikhwan dan akhwat telah mengelami penyempitan makna- yang angkuh, sombong, dingin, yang hanya punya sedikit teman, dikarenakan masa lalunya yang selalu diejek teman-temannya.

Alur cerita yang menarik, penyisipan lelucon yang pas, dan konflik-konflik yang terkesan natural, membuat buku ini menarik untuk dibaca, bahkan sampai 2 kali (itu pengalaman saya, telah membacanya 2 kali, hehe..). Selain itu juga, penggunaan kata-kata yang puitis dan konotatif dalam mengungkapkan suatu hal yang -bisa dibilang- tabu. Yang memang seharusnya tidak usah diperjelas dengan kata-kata yang lugas.

Inti cerita yang bisa aku tangkap dari novel tersebut, yaitu tentang rumah tangga Islami. Bagaimana seorang istri harus bisa menyenangkan suami, dan suami juga bisa mengayomi istri. Dua pihak yang harus saling memahami dan saling mengisi.

Seperti yang telah aku tulis diatas, buku ini tidak sekedar bacaan -cerita- yang sekedar dibaca dan kemudian terlupakan. Tidak. Ada beberapa peristiwa yang diceritakan dalam novel tersebut yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Tentang masakan, tentang arsitektur terutama, tentang menyelesaikan masalah dalam berumah tangga, dan tentang saling menghargai antara dua belah pihak (suami dan istri).

Ketika masalah datang, dan menggoncangkan bangunan rumah tangga yang ada, salah satu harus mengalah, demi utuhnya kembali bangunan itu. Karena harapan dari dibangunnya bangunan itu, adalah untuk seumur hidup.

Sedikit banyak itu yang bisa aku simpulkan dari novel roman ini. Hanya untuk sekedar tukar cerita dan sebagai reminder tentang apa yang telah aku pahami dari novel tersebut...

Cover baru (buku kedua yang aku baca)

Selasa, 19 Januari 2010

Mbak berubah...

Sabtu, 16 Januari 2010 21.30

Hmm...1 hal yang seakan menyentilku hari ini, meski mungkin bagi orang lain atau yang mengatakan itu bukan suatu hal yang serius, tapi buatku, iya, merasuk ke hati.
Tapi baguslah, benar-benar membuatku introspeksi.

“mbak Wulan berubah. Kayaknya dulu ga seperti itu”

Itulah kira-kira inti kalimat yang terlontar. Maksudnya, diriku yang berubah. Padahal aq merasa, ya itulah aq, dan aq menganggapnya suatu hal yang biasa dan candaan.
Ternyata ga semua orang bisa memahami yang kita maksudkan. Kita mungkin bisa bermaksud bercanda pada orang yang lebih tua, tapi kita harus ingat bahwa kita juga harus menjaga “image” atau izzah di depan orang yang lebih muda dari kita. Dan itu yang aq lupa.
Sehingga aq bnar-benar tersentak dengan kata-kata seorang teman yang lebih muda dariku. Mungkin karena dia melihatku dari luar-segi penampilan-. Yah, memang orang lain melihat apa yang tampak dari kita. Dan itu yang sempat terlupakan olehku.
Mungkin karena aq ga mau jadi orang lain –yang diam, tenang, kalem- sehingga aq “menampakkan” apa diriku sebenarnya. Tapi ada beberapa orang di sekitar kita yang tidak bisa menerima itu.

Sekali lagi, orang melihat penampilan dan apa yang tampak.
Aq jadi tersadar, memang akhwat –dengan jilbab lebar- punya semacam tuntutan untuk seakan-akan menjadi “malaikat” yang harus baik di segala sisinya. Memang tidak mungkin, tapi ternyata memang seperti itulah pandangan orang lain, setidaknya selama ini yang aq rasakan.
Yaaah...tapi bagus juga sih, bisa membentengi kita dari hal-hal yang tidak baik. Menjaga kita dan menyadari bahwa kita sebagai sorotan, meski bukan artis tentunya. Cuma mungkin bisa dibilang laksana “artis” di lingkup yang kecil. Artis maksudnya orang yang selalu dilihat dan dinilai gerak-geriknya. Dan dituntut untuk selalu baik, kalem, dan dengan segala sifat yang intinya adalah orang yang baik-baik.

Introspeksi Wulan....

Jaga sikap.

Karena memang aq menyadari terkadang-atau malah sering- aq kebablasan, dalam bicara, bersikap, dan bercanda.

Dan aq yakin, melalui temanku tadi yang lebih muda dariku, Allah menegurku...

Astaghfirullah...


Senin, 04 Januari 2010

2009, tahun yang telah berlalu..

Tak terasa begitu cepatnya tahun ini kemudian berganti,2010.

Tapi, begitu banyak hal yang tak terlupakan di 2009.
hal-hal yang belum pernah kualami sebelumnya, kejadian-kejadian menyenangkan, tapi tak sedikit pula kejadian yang menyebabkan diri ini berurai air mata.

hhh...2009, tahun yang istimewa buat ku, banyak hal penting terjadi disana.
Terutama 3 hal penting yang terjadi di tahun itu.
Yang belum pernah aq alami sebelumnya, dan hal yang benar-benar terasa berkesan...