Jumat, 19 Februari 2010

Bangga jadi orang Indonesia? Buat Indonesia bangga dong….

(Let’s be produktif! Mengubah kondisi murung menjadi untung)

Malu (aku) jadi orang Indonesia.

Hari gini masih terkungkung pikiran itu? Sudah basi kawan…. Saat ini waktu telah berubah. Semua orang berlomba – lomba untuk menciptakan sesuatu yang baru, untuk jadi pencetus sesuatu. Sekarang ini zamannya inovasi. Mengutip kalimat seorang sahabat; bergeraklah, karena diam itu mematikan. Kalau kita diam saja dan hanya menyesali nasib telah dilahirkan di Indonesia, mati aja lo! Beginilah Indonesia, apa adanya, kita harus menerima. Jika kondisi ini membuat kita murung, cemberut, bahkan malu, kitalah yang harus mengubahnya. Kita tak mungkin lari ke luar negeri, karena di mana pun, rasa tidak puas itu akan selalu mengejar. Jadi, hadapi dengan terus berjuang dan berusaha!

Apa sih yang membuat kita murung?

Koruptor. Satu kata ini menjadi momok bagi bangsa Indonesia saat ini. Kasus paling hot yang hingga kini tak kunjung reda, meski telah ada lembaga KPK. Gimana mengatasinya, ya? Hematku, masalah ini memang harus diselesaikan mereka yang di atas sana. Tapi kita sebagai pribadi penghuni Indonesia juga tak bisa diam. Kita harus membiasakan diri dan lingkungan sekitar kita bebas korupsi. Mulai dari yang kecil dan sejak dini.

Misalnya, tekankan kejujuran pada anak-anak. Ajari mereka tentang sikap curang dan bahayanya. Pastikan siswa-siswa jujur dalam setiap ulangan dan ujian. Yang terpenting adalah penerapan pengajaran moral kepada anak-anak hingga tumbuh dewasa. Jadi, yang berperan bukan hanya orang tua melainkan juga orang-orang sekitar. Mulailah dari diri kita dan lingkungan kita. Ajarkanlah kejujuran dan kebaikan. Kita bangun peradaban. Demi Indonesia lebih baik di masa depan.

Apalagi yang membuat kita murung ketika mengingat Indonesia?

Sumber daya manusia alias tenaga di Indonesia tumpah ruah. Namun tak tahu harus diapakan. Tidak mengerti bagaimana cara memberdayakan. Kenyataannya, hanya helaan nafas melihat jumlah pengangguran yang semakin subur. Inilah saat berinovasi. Kita bisa menciptakan usaha yang bisa merekrut mereka. Misalnya, bimbel privat.

Bukan bualan, semua orang butuh pendidikan. Semakin besar bimbel yang kita buat, makin banyak siswa, makin banyak pula kita membutuhkan tentor. Setidaknya memberikan pekerjaan bagi mereka yang ingin mengajar. Ide lain yaitu membuat usaha merchandise. Kita bisa mempekerjakan banyak orang untuk membuat banyak barang sekaligus menjualnya. Semakin giat menjual, makin luas pasar, makin banyak order, makin banyak juga tenaga yang bisa difasilitasi untuk bekerja. Kreativitas lain bisa dengan membuka usaha catering atau makanan ringan. Inovasi selanjutnya adalah mengembangkan, tidak hanya berada di satu tempat. Karena kita akan membangun peradaban.

Sumberdaya manusia teruji, yang cerdas dan pandai, lebih tertarik untuk bekerja di luar negeri. Memang, kecemerlangan otak masih kurang dihargai di Indonesia. Di sini diperlukan keikhlasan. Bagi kita yang merasa bisa, belajarlah sejauh mungkin, hingga kita temukan “ujung dunia”, lalu kembalilah. Bangunlah bumi pertiwi ini dengan ilmu yang kita miliki. Jika bukan kita, siapa lagi?

Mungkin tawaran materi yang diberikan pihak asing lebih tinggi, tapi nikmatilah yang sedikit, dan buatlah menjadi menggiurkan untuk generasi penerus kita nanti. Sekarang memang sedikit, tapi dengan usahamu, jadikanlah bukit yang rindu untuk ditapaki. Kala kita merasa tak mampu, ingatlah, jika kita tak mau belajar untuk memajukan Indonesia, selamanya Indonesia akan seperti ini. Tak hanya membuat kita murung, tapi juga menangis.

Untuk membuat senyuman di Indonesia ini, kita memang harus banyak berkorban. Belajarlah, bekerjalah, berkaryalah, demi Indonesia tercinta. Manfaatkan segala macam potensi diri kita untuk mengembangkan segala jenis potensi yang dimiliki oleh Indonesia.

Jika kita (ingin) tahu, ratusan jenis tanaman tertancap di tanah subur Indonesia. Ratusan kebudayaan memungkinkan ratusan inovasi karya di seluruh pelosok Indonesia. Ribuan jenis ikan sedang berenang di lautan Indonesia. Ratusan juta orang akan melihat hasil peluhmu. Dan entah apa saja yang menanti kita di dalam perut bumi sana. Indonesia menunggu kita, generasi muda yang pantang bermuka masam dan tidak hanya diam tak bergerak menapaki zaman. Buatlah Indonesia bangga. Dan kita akan selalu tersenyum mengenangnya.

0 komentar:

Posting Komentar

please give your comment ... :)