Kamis, 15 Maret 2012

Demi sebuah “profesionalitas”

Profesional. Satu kata yang paling sering kudengar ketika tanpa sengaja aku memencet remote control televisi yang ternyata acara infotainment. Ya. Memang benar orang-orang yang ada di dalam televisi itulah yang paling sering berkata seperti itu, artis. “Saya sebagai aktris harus profesional dalam berakting, ketika adegan ciuman, ya harus dapat cemistry dengan pasangan dulu, biar nanti dilihatnya bagus”. Hmm...begitulah kira-kira perkataannya, belum lagi ketika terdapat adegan ranjang, astaghfirullah, mual-mual rasanya mendengar kata-kata seperti itu.

Ups.

Salah siapa?

Salahku sendiri yang malah terus mantengin tuh tivi, mending juga diganti kan?

Bukan disitu pointnya..

Tapi pada praktek yang timpang mengenai pemaknaan satu kata itu. Yap, profesional. Ketika seorang pelajar yang profesional, maka ia seharusnya belajar dengan sungguh-sungguh. Seorang artis yang sudah dibicarakan diatas, harus total dalam berakting, agar disebut profesional. Ya,ya,ya..profesional dalam pekerjaan. Tapi, lupakah kita, siapa sebenarnya kita?

Siapa?

Semua orang yang sadar akan dirinya pasti setuju kalo kita ini hanyalah seonggok tulang berbalut otot, daging dan kulit, yang tidak berdaya apa-apa jika tidak diciptakan oleh-Nya. Lantas, buat apa kita diciptakan?
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Itulah jawaban langsung dari yang Yang Maha Menciptakan, dalam firman-Nya QS. 51:56.

Mengabdi.

Bisa diartikan mudah dengan kata beribadah. Jadi kita diciptakan untuk mengabdi pada-Nya dengan melakukan ibadah yang telah dituntunkan-Nya.
Terkait profesionalitas tadi, nah, sadarkah kita akan satu pertanyaan berikut ini?
Sudah profesionalkah kita sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk mengabdi pada-Nya??

..............

Kalo kita bisa bilang harus profesional dalam bekerja, harus profesional dalam belajar, harus profesional dalam berkarya, harus profesional dengan seabrek tuntutan duniawi, lupakah kita akan tugas kita yang sebenarnya ada di tanah hamparan luas ini?
Menarik dituliskan oleh seorang penyanyi Maher Zain dalam lagunya yang berjudul Awaken, beberapa liriknya berikut :

Before the day comes
When there's nowhere to run and hide
Now ask yourself 'cause Allah's watching you
Is He satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?



Ya, is He satisfied? Is Allah satisfied?
Apakah kita yakin bahwa Allah telah puas akan apa yang kita lakukan selama ini? Segala keprofesionalitasan duniawi yang kita lakukan selama ini, apakah telah mengurangi porsi profesionalitas akan Allah?

Ya, kita sendiri yang bisa menjawab.

Yang terpenting sekarang, bagaimana kemudian kita bisa bercermin dari perilaku kita selama ini, jika memang kita kurang atau masih belum profesional dalam mengabdi dan beribadah pada-Nya, so, let’s wake up and move!! Saatnya bangun dari kealpaan kita selama ini dan segera bergerak untuk menuju profesionalitas ruhani.

Caranya?

Wuah, seabrek. Mulai kerjakan dengan istiqomah dulu ibadah  yang wajib, baru kemudian pelan namun pasti, kerjakan yang sunnah.

Dari Abu Huriroh rodhiAllahu ta’ala ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah ta’ala berfirman, barang siapa memusuhi wali-Ku maka aku izinkan untuk diperangi. Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal ibadah yang lebih aku cintai dari pada perkara yang Aku wajibkan. Hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku akan Aku berikan, jika dia meminta perlindungan pada-Ku, akan Aku lindungi.” (HR. Bukhari)

Subhanallah.... kita bayangkan ketika segala hal yang kita lakukan, Allah yang menuntunnya, Allah yang menjadi pendengaran kita, Allah yang menjadi penglihatan kita, Allah yang menjaga langkah kaki kita, Allah yang menjaga tangan kita, dan mengabulkan apa yang kita minta. Pasti akan indah dan mudah segalanya di dunia ini.

Sekarang, masihkah kita ragu untuk profesional dalam beribadah? Masihkah kita ragu untuk profesional secara ruhiyah? Masihkah kita ragu untuk profesional dalam mengabdi pada-Nya?

Kita yang menentukan....

0 komentar:

Posting Komentar

please give your comment ... :)